Jumat, 15 Juli 2016

Bicara tentang Rudy Habibie, Koala Kumal, dan Sabtu Bersama Bapak

Setelah sekian lama gak buka blog, tiba-tiba kepikiran mau nulis. Penulis uda lama suka nonton film, namun baru beberapa bulan belakangan ngerasa film indonesia kemajuannya lumayan. Bahkan biasa lebaran gak bakal nonton film, tahun ini nonton 3 film Indonesia dari 5 yang rilis. Rudy Habibie tygnya tgl 30 Juni sih sebelum lebaran. Tapi ya buat penulis itu tetap film lebaran, soalnya nontonnya pas lebaran. Hehehe.


Rudy Habibie


Oke, dari ketiga film yang ditonton, favorit adalah Rudy Habibie. Kenapa? Karena suka dengan cerita yang dibawa, akting yang memukau, pengambilan gambar yang indah. Banyak pelajaran-pelajaran yang didapat dan memotivasi. Seperti selalu berusaha dan cinta negeri sendiri. Tetapi dalam hal bercerita masih agak berantakan karena terlalu banyak yang dibahas di dalam film. Entah mulai dari Pak Habibie semasa kecil, Perjuangan Beliau Kuliah di Jerman, Jadi Ketua PPI, Tak Dihargai Indonesia, sampai Kisah Cinta dengan Ilona. Kalau lihat dari trailernya, fokus utama film berada di Kisah Cinta. Tapi pas nonton, ternyata sama sekali enggak, itu hanya sekedar bumbu aja. 

Kalau masalah kualitas akting, gak diragukan lagi sih, bagus semua. Memang yah aktor/aktris yang main di layar lebar itu kualitasnya beda sama yang di sinetron... oops. Paling salut sama Reza Rahadian. Gara-gara nonton ini dan My Stupid Boss, memang dia aktor yang hebat. Bahkan, sampai nyari filmnya yang Kapan Kawin, dan memang selalu all out. Pembawaan karakternya itu wah. Tapi Reza Rahadian selalu ada di produksi-produksi film yang oke. Ya semoga sih, aktor atau aktris yang main di layar lebar, gak selalu itu-itu saja, semoga ada talent-talent baru yang muncul.

Satu scene yang paling berkesan di hati adalah ketika Pak Habibie sedang risau dan ingin berdoa. Beliau tidak dapat menemukan Masjid di Jerman, hanya ada Gereja. Akhirnya Beliau berdoa di gereja dengan mengatakan bahwa Tuhan adalah satu dimanapun kita berdoa. Ini hal yang membuat penulis menjadi salut. Walaupun Pak Habibie adalah orang yang sangat taat beragama, namun Beliau tahu bahwa agama yang berbeda tidak membuat Tuhan menjadi berbeda pula. Ini wujud kerukunan agama yang sebenarnya.

Sabtu Bersama Bapak


Nah, favorit kedua adalah Sabtu Bersama Bapak. Ceritanya bermula dari Bapak yang diperankan oleh Abimana Aryasatya yang divonis mengidap kanker dan hidupnya tidak lama lagi. Maka dari itu, ia membuat video yang berisi nasihat untuk anak-anaknya. Video tersebut selalu diputar hari Sabtu. Kedua anaknya tumbuh menjadi pria yang selalu ingat dengan kata-kata Bapaknya. 

Kalau melihat trailernya, penulis pikir film ini bakal sedih dan menguras air mata. Nyatanya tidak sih, fokus ceritanya adalah bagaimana kedua anak laki-laki Bapak tumbuh. Anak pertama, Satya yang diperankan Arifin Putra, benar-benar memegang teguh kata-kata Bapaknya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Pada akhirnya hal tersebut membawa konflik pada keluarganya. Anak kedua, Saka (Deva Mahenra), hingga usianya 30 tahun, masih jomblo dan belum memikirkan pernikahan.

Untuk scene stealer di film ini adalah Deva Mahenra. Ia jatuh cinta dengan Ayu, karyawan cantik di kantornya. Karena minim pengalaman, saat berbicara di depan Ayu menjadi ngelantur. Dan ngelanturnya itu bener-bener parah. Dan bener-bener dapat banget akting konyolnya. Bener-bener membawa tawa ke satu studio dan membuat penulis menunggu-nunggu scene Saka muncul.

Beberapa adegan entah kenapa ada efek-efek cahaya. Agak mengganggu sih, tapi tidak terlalu menjadi masalah. Ini merupakan drama keluarga yang cocok untuk ditonton bersama keluarga. Dibanding #rinduayah, rasanya lebih setuju jika #kangenkeluarga. Karena inti ceritanya menurut penulis lebih ke kekeluargaannya.


Koala Kumal



Nah, ini yang terakhir. Radiya Dika memang selalu bikin film dengan pelajaran yang ia dapatkan dari pengalaman jatuh cinta atau pacarannya. Kali ini ia mengangkat tema patah hati. Dalam film ini, Dika yang sudah akan menikah, tiba-tiba ditinggal kekasihnya yang selingkuh dengan pria lain. Tentu hal ini menjadi patah hati yang terhebat untuknya. Nah, 1 tahun berselang dan ia masih tidak memiliki ide untuk menulis buku baru. Lalu ia bertemu Trisna yang akan membantu Dika untuk melupakan patah hatinya.

Harusnya ini film komedi, kenapa rasanya gak gitu lucu. Bahkan kalah lucu sama Sabtu Bersama Bapak yang notabene genrenya lebih ke drama.Apakah karena selalu nonton filmnya Radit, jadi rasa-rasanya gak ada hal baru sih. Jadi kayaknya gitu aja. 

Tapi tetap ada pesan yang berharga yang penulis dapat dari film ini. Patah hati itu memang menyakitkan tapi tergantung dari sudut pandang mana Anda melihatnya. Jadikan patah hati sebagai pelajaran yang membuat Anda semakin kuat. Toh, habis hujan nanti ada pelangi. Habis patah hati, nanti pasti bisa bahagia lagi kan?


Nah, dari ketiga film yang penulis tonton, ada satu kesamaan dimana semuanya ada Ernest Prakasa yang jadi supporting role . Paling mencuri perhatian sih di Sabtu Bersama Bapak. Apalagi pas dia ngeledek Saka jomblo dan mendukung Saka kenalan sama Ayu. lol


Tidak ada komentar:

Posting Komentar